Aku tidak pernah merasakan sakit dan kehancuran seperti ini. Tidak pernah.
Sama, seperti aku tidak pernah merasa begitu mencintai sesuatu se-ambisius ini. Obsesi.
Dulu, aku pernah berobsesi memilikimu dan ketika memilikimu, aku berobsesi untuk tidak pernah kehilanganmu. Cinta. Mereka bilang begitu.
Aku tidak tahu. Intinya, aku nyaman di dekatmu. Selalu. Hingga malam itu.

Kita bertengkar hebat malam itu. Saling bertahan dengan ego masing-masing.
Aku tahu, suatu hari kita akan sadar dan menyesali pertengkaran bodoh ini. Tapi nanti. Bukan sekarang. Nanti, saat kita sudah cukup bahagia dan terikat oleh pasangan kita.
Maksudku, kamu dan pasanganmu, bukan aku. Karena aku belum tahu cara bahagia tanpamu.

Malam itu kita bertengkar dan berharap salah satu dari kita akan meminta maaf terlebih dahulu. Ya, kita berdua merasa begitu hingga tidak ada yg mengutarakan maaf duluan.
Hingga kita memutuskan berpisah.
Aku merasa begitu hancur setelah perpisahan itu. Perpisahan bodoh. Yang masih ku kutuk hingga saat ini.

Kamu pernah merasa begitu hancur sampai tidak mampu menggambarkan sakitnya? Ya, kamu hancur luar dan dalam. Pernah?
Intinya, merasa hancur. Hancur sekali.
Aku pernah, dulu hingga saat ini. Aku merasa hancur, terlalu hancur.
Kehancuran yang dimulai dari titik saat kamu berkata, "Seharusnya kita tidak pernah saling mengenal". Hancur sekali. Begitu menyakitkan.

Kamu bilang, suatu saat nanti aku pasti bisa bahagia tanpamu.
Masalahnya adalah semuanya tidak pernah semudah itu. Aku tidak bisa melupakanmu semudah dan secepat saat dulu aku jatuh cinta padamu. Tidak pernah secepat itu.
Bahkan ketika Tuhan mengutuk Malin Kundang menjadi batu, semua ada prosesnya. Iya, itu Tuhan.
Mudah tapi tidak begitu cepat. Tetap butuh proses. Dan aku? Aku manusia biasa.
Aku manusia biasa dan aku masih mencintaimu hingga malam ini, setelah semua kehancuran yang aku terima.



--------------------------------------------





Suatu malam, di sebuah warung kopi




Untuk mereka yang telah ditinggalkan namun belum rela melepaskan
Selengkapnya»»  
Terima kasih sudah ada dan terus ada hingga hari ini.
Masih berdiri di tempat yang sama dan memandangku sambil tersenyum manis. Terus memfokuskan pandangan ke arah mana saja aku berdiri dan berlari. Terima kasih untuk itu.

Terima kasih sudah menggenggam 'seember air' yang tidak pernah habis di tangan kananmu. Hingga kapan saja ada 'api membara' dari dalam tubuhku, kamu akan langsung memadamkannya. Lalu kita akan tertawa bersama-sama, menertawai kekonyolan kita akan hal itu. Dan kita akan bahagia kembali.

Terima kasih untuk kado itu. Saat kita terjebak dalam keheningan panjang di atas mobil di sebuah parkiran mall paling besar di kota kita. Lalu kita tertawa. Kemudian hening lagi. Begitu seterusnya.
Hingga kamu memulai sebuah percakapan panjang diiringi dengan tawa kecil dariku. Dan kita bahagia.

Terima kasih untuk hari-hari menyenangkan dan berharga yang telah kita lewati. Terkhusus saat kita terpisah di sebuah tempat perbelanjaan lalu saling mencari tanpa handphone di tangan masing-masing. Lalu menertawai kekonyolan kita yang dapat hilang di tempat yang tidak begitu luas.

Kita tertawa. Kita bahagia.

Terima kasih untuk hal-hal kecil yang kamu jadikan bahan ajar ketika bertemu.
Seperti selalu mengaktifkan handphone ketika akan tidur, sehingga kapan saja salah satu dari kita mendapatkan masalah, kita bisa saling mengabari satu sama lain. Atau hal lain seperti bahwa minta maaf tidak selalu karena kita salah, terkadang, kita hanya tidak ingin melukai perasaan yang lain.
Terima kasih.

Untuk apapun itu, untuk hal-hal konyol, untuk canda dan tawa, untuk suka dan duka, yang seperti tidak mampu terbalaskan oleh rupiah.

Untuk kamu, seorang bocah kecil yang selalu ada untuk monster menakutkan seperti aku.
Selengkapnya»»  
    (Sumber: Google)

Andai AIDS menyerang tubuhku suatu saat, masihkah kamu berdiri disitu dengan senggenggam bunga di tanganmu untukku?
Andai AIDS menyerang tubuhku suatu saat, masih bersediakah kamu tertawa saat ku ceritakan sebuah lelucon?
Andai AIDS menyerang tubuhku suatu saat, masih akankah kamu anggap setiap kebersamaan kita itu romantis dan berharga?

Andai AIDS menyerang tubuhku suatu saat, masih bersediakah tangan dan jari-jari lembut menghapus keringatku setelah berlari mengejar keterlambatan?
Andai AIDS menyerang tubuhku suatu saat, masih aku-kah orang yang kamu cari di kala sedih? Masih dadaku-kah tempat airmatamu bersandar?
Andai AIDS menyerang tubuhku suatu saat, masih bersediakah kamu genggam erat tanganku saat aku lelah dan akan terjatuh?

Andai AIDS menyerang tubuhku suatu saat, masih adakah hasratmu untuk memelukku ketika ku menggigil kedinginan?
Andai AIDS menyerang tubuhku suatu saat, masih inginkah dirimu mengecup bibirku seperti saat senja di danau itu?
Andai AIDS menyerang tubuhku suatu saat, masih banggakah kamu pernah mencintaiku? Masih akankah kamu pamer aku di hadapan teman-temanmu?

Andai AIDS menyerang tubuhku suatu saat, masih akankah kamu pertahankan hubungan suci ini di saat-saat rumit seperti dulu kamu mempertahankannya?
Andai AIDS menyerang tubuhku suatu saat, masihkah kamu menemaniku menikmati sisa usiaku?

Andai AIDS menyerang tubuhku suatu saat, masih bersediakah kamu ada disampingku? Menggenggam tanganku, memelukku, dan mengecup bibir jika perlu? Masihkah kamu menjalani janji yang pernah kita ucap di hadapan teman-temanmu sambil tersenyum bangga?


* Diposting dalam rangka menyambut Hari AIDS
** Terinspirasi dari  Jika Suatu Hari Nanti Falla Adinda
Selengkapnya»»  
Aku yang menemanimu menghabiskan sore di danau itu di kala sepi menghampirimu. Tapi masih saja dia yang kamu tunggu datang merengkuhmu dari belakang.
Aku yang memelukmu ketika kamu kedinginan karena hujan malam itu. Tapi masih saja dia yang kamu harap ada di posisiku saat itu.

Aku yang menjengukmu ketika kamu sakit, membawakanmu sebungkus bubur ayam favoritmu. Tapi masih saja dia yang kamu harap menyuapkan sendok demi sendok bubur ayam tersebut.
Aku yang menggenggam tanganmu, memberimu semangat untuk bangkit ketika dunia memilih untuk menjauhimu ketika kamu terjatuh. Tapi masih saja dia yang kamu harap berdiri di hadapanmu dan mengusap airmatamu.

Aku yang mengecup bibirmu di taman bunga itu. Tapi masih saja dia yang hadir di benakmu.
Aku yang terus ada dan mencintaimu. Tapi masih saja dia yang kamu harap berbalik dan berlari menghampirimu untuk memulai kisah baru.

Ini aku, masa depanmu. Bukan dia, masa lalumu.
Selengkapnya»»  
Makassar.
Siapa yang tidak kenal kota ini?
Ibukota dari provinsi Sulawesi Selatan yang merupakan pintu destinasi yang strategis jika menilik Indonesia belahan timur yang bertabur pulau-pulau indah dan eksotik. Posisi yang sangat strategis tersebut menempatkan Sulawesi Selatan sebagai lokasi tujuan kunjungan, yang bisa mengakses semua kota-kota utama di timur.
Namun, belakangan ini banyak sekali pihak-pihak yang memandang Sulawesi Selatan, khususnya Makassar, secara sebelah mata. Hal yang cukup wajar, mengingat betapa anarkisnya aksi demo mahasiswa Makassar terhadap rencana kenaikan BBM.
Namun, saya rasa, masyarakat Indonesia tidak boleh hanya melihat Makassar dari sekotak tv. Karena kita ketahui, media massa terkadang melebih-lebihkan sesuatu. Atau, mungkin juga hanya memberitakan keburukan dari aksi demo, dan tidak memperdulikan bagian positifnya.

Lalu, apalagi yang menjadikan Makassar di pandang sebelah mata? Namanya? MaKASSAR? Oh! Jadi harus di ubah menjadi Malembut? Begitu?
Jangan salah!
Makassar itu menurut saya, merupakan singkatan dari Makassar tidak kasar.
Ya, Makassar tidak kasar!
Mungkin yang menjadikan Makassar di sebut kasar adalah intonasi ketika berbicara.

Saya pernah mendapati teman Mama saya yang merupakan pendatang dari Jawa yang menangis setelah berbincang dengan Mama saya. Kenapa? Karena Mama saya merupakan keturunan Makassar asli, Bugis. Yang mana kita ketahui, Bugis merupakan salah satu suku di Makassar yang menggunakan intonasi bicara yang cukup keras dan lantang.
Namun, setelah mendengar penjelasan dari Mama saya, temannya itu akhirnya mengerti.
Ya, mungkin itu beberapa dari banyak hal mengapa Makassar di anggap kasar.

Tapi, apalah jadinya sebuah kehidupan jika kita hanya memandang kelemahannya saja? Sama halnya dengan Makassar, saya rasa pandangan negative masyarakat Indonesia akan berubah jika kita memperlihatkan sejuta hal baik dari Makassar atau Sulawesi Selatan.

Pulau Kayangan


Pulau Kayangan adalah sebuah pulau kecil berpasir putih seluas sekitar 1 ha dan secara administratif termasuk dalam wilayah Kelurahan Bulo Gading, Ujung Pandang, Makassar, Sulawesi Selatan. Lokasinya berjarak ± 0,8 km dari Kota Makassar, tidak jauh dari Pelabuhan Soekarno-Hatta Makassar, atau dapat ditempuh 15 menit perjalanan dengan menumpang perahu boat 36 PK yang khusus disediakan bagi para pengunjung. Pulau ini dulunya bernama Marrouw atau Meraux.
Pulau Kayangan mempunyai beberapa fasilitas seperti tempat penginapan, resort/pondokan, panggung hiburan, restoran, gedung serba guna, tempat bermain bagi anak-anak, sarana olah raga, dan anjungan memancing. Di bagian lain terdapat sejumlah aquarium yang menampung beraneka ragam jenis ikan hias air laut. Daya tarik : Berenang, panorama matahari terbenam (sunset), olah raga air, musik & pertunjukan, permainan anak-anak, akuarium.

Pulau Samalona


Samalona adalah sebuah pulau kecil di Selat Makassar, tepatnya di sebelah barat daya pantai barat Sulawesi Selatan. Secara administratif, pulau ini termasuk wilayah Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Posisi lebih tepatnya berada di sebelah barat kecamatan Wajo, Makassar, berjarak sekitar 2 km dan bisa dilihat dengan jelas dari kecamatan tersebut.

Untuk menuju pulau ini bisa menggunakan perahu nelayan (perahu dengan mesin tempel) dan memerlukan waktu tempuh tidak lebih dari 0,5 jam. Di pulau ini berdiri sebuah mercu suar yang digunakan sebagai tanda batas daratan bagi kapal-kapal berbadan besar.
Samalona adalah kepulauan yang bisa dilihat jelas dari Benteng Fort Rotterdam di daerah Keling - Makassar. Mandalika hanya berjarak 500 meter dari bibir tebing Benteng Fort Rotterdam.
SEJARAH DI BALIK PULAU MENAWAN
dibalik keindahan pulau samalona, tersimpan sejarah yang senagat besar. betapa tidak, di pulau ini terdapat bangkai kapal perang yang digunakan pada masa perang dunia kedua.

Wisata Tanjung Palette’


Objek Wisata Tanjung Palette' terletak di kelurahan Palette' kecamatan Tanete Riattang Timur kabupate Bone, Sulawesi Selatan. Merupakan sebuah kawasan yang memilikim panorama alam yang sangat indah. Yang di dukung fasilitas yang memadai. Kawasan ini berhadapan langsung dengan laut teluk Bone yang berjarak 12 km dari pusat kota Watampone.

Pulau Barrang Lompoa


Pulau Barrang Lompo terletak sekitar 12 kilometer sebelah barat Kota Makassar dan berada di kawasan Kepulauan Spermonde. Pulau ini memiliki luas sekitar 89 hektar, dengan jumlah penduduk kurang lebih 5.000 jiwa dan berasal dari berbagai etnik. Untuk sampai di pulau ini dari Kota Makassar, ditempuh perjalanan sekitar satu jam dengan menggunakan speed boat. Sekitar 90%, mata pencaharian penduduk pulau ini sebagai nelayan, sisanya bekerja disektor lain.



Taman Nasional Takabonerate



Taman Nasional Taka Bonerate adalah taman laut yang mempunyai kawasan atol terbesar ketiga di dunia setelah Kwajifein di Kepulauan Marshall dan Suvadiva di Kepulauan Maladewa. Luas total dari atol ini 220.000 hektar dengan sebaran terumbu karang mencapai 500 km². Kawasan ini terletak di Kecamatan Takabonerate, Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan, Indonesia. Sejak Tahun 2005 Taman Nasional Taka Bonerate telah di calonkan ke UNESCO untuk menjadi Situs Warisan Dunia. Dalam rangkaian Hari jadi Kepulauan Selayar di lokasi ini setiap tahunnya diadakan festival yang bertajuk Sail Taka Bonerate atau sebelumnya disebut Takabonerate Island Expedition (TIE). Ada sebanyak 15 buah pulau di Taman Nasional Taka Bonerate] sehingga sangat bagus untuk kegiatan menyelam, snorkeling, dan wisata bahari lainnya. Topografi kawasan sangat unik dan menarik, dimana atol yang terdiri dari gugusan pulau-pulau gosong karang dan rataan terumbu yang luas dan tenggelam, membentuk pulau-pulau dengan jumlah yang cukup banyak. Diantara pulau-pulau gosong karang, terdapat selat-selat sempit yang dalam dan terjal. Sedangkan pada bagian permukaan rataan terumbu, banyak terdapat kolam-kolam kecil yang dalam dan dikelilingi oleh terumbu karang. Pada saat air surut terendah, terlihat dengan jelas daratan kering dan diselingi genangan air yang membentuk kolam-kolam kecil.


Pemandian Alam Lejja’


Pemandian Air Panas Lejja merupakan salah satu objek wisata andalan yang banyak dikunjungi oleh wisatawan domestik dan manca negara. Pemandian ini berada dalam kawasan hutan lindung yang berbukit dengan panorama alam yang indah, sejuk, nyaman di Desa BuluE, Kecamatan Marioriawa, sekitar 44 km sebelah utara Kota Soppeng, dengan sumber air panas alam yang dapat menyembuhkan penyakit rematik dan gatal-gatal.

Saya belum pernah mendatangi tempat-tempat itu, tapi saya penasaran sekali. Jadi, saya tahu suatu saat, saya harus ke sana. Dan itu artinya, kalian juga!

Tanjung Bira


Tanjung bira terkenal dengan pantai pasir putihnya yang cantik dan menyenangkan. Airnya jernih, baik untuk tempat berenang dan berjemur. Disini kita dapat menikmati matahari terbit dan terbenam dengan cahayanya yang berkilau menbersit pada hamparan pasir putih sepanjang puluhan kilometer.
Pantai bira yang sudah terkenal hingga mancanegara, kini sudah ditata secara apik menjadi kawasan wisata yang patutu di andalkan. Berbagai sarana sudah tersedia, seperti perhotelan, restoran, serta sarana telekomunikasi, pantai bira berlokasi sekitar 41 km kearah timur dari kota bulukumba. dengan pelabuhan penyeberangan fery yang menghubungkan daratan Sulawesi Selatan dengan pulau selayar.

(Kalau ini, saya yang memotretnya langsung dengan kamera handphone seadanya)

Bantimurung



Taman Nasional Bantimurung berada sekitar 20 kilometer dari Bandara Hasanuddin atau 50 kilometer dari Kota Makassar ke arah utara. Perjalanan dengan mobil pribadi dari pusat kota Makassar akan memakan waktu kurang lebih 1 jam. Pilihan terbaik adalah melalui jalan tol Reformasi ke arah gerbang tol Biringkanaya, Mandai lalu lanjutkan perjalanan menuju kota Maros. Dari kota Maros, anda sudah bisa tiba di Taman Nasional Bantimurung dalam 10 menit.
Transportasi umum juga banyak tersedia. Pilihan paling populer adalah mobil angkutan umum atau yang biasa disebut pete-pete oleh masyarakat lokal. Yang harus anda ingat adalah kota Maros sebagai patokan tujuan perjalanan. Dari kota Maros, anda sudah bisa mencapai Bantimurung dalam 15 menit menggunakan pete-pete jurusan Bantimurung.
Taman Alam Bantimurung juga terkenal dengan air terjun, gua, dan kupu-kupunya.



Malino


(Ini kakak saya, Aby dengan pacarnya, Dina di kebun teh Malino)

Malino adalah kelurahan yang terletak di Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Daerah yang terletak 90 km dari Kota Makassar ke arah selatan ini merupakan salah satu objek wisata alam yang mempunyai daya tarik luar biasa.
Malino memiliki gunung-gunung yang sangat kaya dengan pemandangan batu gamping dan pinus. Berbagai jenis tanaman tropis yang indah,tumbuh dan berkembang di kota yang dingin ini. Selain itu, Malino pun menghasilkan buah-buahan dan sayuran khas yang tumbuh di lereng gunung Bawakaraeng. Sebagian masyarakat Sulawesi Selatan masih mengkulturkan gunung itu sebagai tempat suci dan keramat.
Perjalanan dari kota Makassar menuju daerah ini memakan waktu sekitar 2 jam. Wisata air terjun seribu tangga, air terjun Takapala, Kebun Teh Nittoh, Lembah Biru, Bungker Peninggalan Jepang dan Gunung Bawakaraeng menjadi ciri khas kota Malino. Oleh-oleh khas daerah ini adalah buah Markisa ,dodol ketan, Tenteng Malino, apel, wajik, dll. Malino juga menjadi daerah penghasil beras bagi wilayah Sulawesi Selatan.


Fort Rotterdam


Fort Rotterdam atau Benteng Ujung Pandang (Jum Pandang) adalah sebuah benteng peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo. Letak benteng ini berada di pinggir pantai sebelah barat Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
Benteng ini dibangun pada tahun 1545 oleh Raja Gowa ke-9 yang bernama I manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tumapa'risi' kallonna. Awalnya benteng ini berbahan dasar tanah liat, namun pada masa pemerintahan Raja Gowa ke-14 Sultan Alauddin konstruksi benteng ini diganti menjadi batu padas yang bersumber dari Pegunungan Karst yang ada di daerah Maros. Benteng Ujung Pandang ini berbentuk seperti seekor penyu yang hendak merangkak turun ke lautan. Dari segi bentuknya sangat jelas filosofi Kerajaan Gowa, bahwa penyu dapat hidup di darat maupun di laut. Begitu pun dengan Kerajaan Gowa yang berjaya di daratan maupun di lautan.
Nama asli benteng ini adalah Benteng Ujung Pandang, biasa juga orang Gowa-Makassar menyebut benteng ini dengan sebutan Benteng Panyyua yang merupakan markas pasukan katak Kerajaan Gowa. Kerajaan Gowa-Tallo akhirnya menandatangani perjanjian Bungayya yang salah satu pasalnya mewajibkan Kerajaan Gowa untuk menyerahkan benteng ini kepada Belanda. Pada saat Belanda menempati benteng ini, nama Benteng Ujung Pandang diubah menjadi Fort Rotterdam. Cornelis Speelman sengaja memilih nama Fort Rotterdam untuk mengenang daerah kelahirannya di Belanda. Benteng ini kemudian digunakan oleh Belanda sebagai pusat penampungan rempah-rempah di Indonesia bagian timur.
Di kompleks Benteng Ujung Pandang kini terdapat Museum La Galigo yang di dalamnya terdapat banyak referensi mengenai sejarah kebesaran Makassar (Gowa-Tallo) dan daerah-daerah lainnya yang ada di Sulawesi Selatan. Sebagian besar gedung benteng ini masih utuh dan menjadi salah satu objek wisata di Kota Makassar.

Benteng Somba Opu


Benteng Somba Opu dibangun oleh Sultan Gowa ke-IX yang bernama Daeng Matanre Karaeng Tumapa‘risi‘ Kallonna pada tahun 1525. Pada pertengahan abad ke-16, benteng ini menjadi pusat perdagangan dan pelabuhan rempah-rempah yang ramai dikunjungi pedagang asing dari Asia dan Eropa. Pada tanggal 24 Juni 1669, benteng ini dikuasai oleh VOC dan kemudian dihancurkan hingga terendam oleh ombak pasang. Pada tahun 1980-an, benteng ini ditemukan kembali oleh sejumlah ilmuan. Pada tahun 1990, bangunan benteng yang sudah rusak direkonstruksi sehingga tampak lebih indah. Kini, Benteng Somba Opu menjadi sebuah obyek wisata yang sangat menarik, yaitu sebagai sebuah museum bersejarah.


Tanjung Bayang


Lokasi wisata ini terhitung sederhana. Tetapi menawarkan pesona yang tidak kalah menarik. Wisatawan dapat bercengkrama dengan para nelayan setempat sambil membakar ikan hasil tangkapan mereka.
Kesederhanaan tanjung bayang ini, yang saya rasa, jika pemerintah Sulawesi Selatan merenovasinya, akan jadi objek wisata yang tidak kalah keren dengan objek wisata lain di Sulawesi Selatan.

Akkarena


Pantai Akkarena merupakan satu satu pantai berpasir hitam yang terletak di kota Makassar. Pantai Akkarena menawarkan berbagai macam hiburan seperti Banana Boat dan Jet Ski, sepak bola pantai, dan makanan-makanan kecil khas Makassar.


Pantai Losari


Pantai Losari adalah sebuah pantai yang terletak di sebelah barat kota Makassar. Pantai ini menjadi tempat bagi warga Makassar untuk menghabiskan waktu pada pagi, sore dan malam hari menikmati pemandangan matahari tenggelam yang sangat indah.
Dahulu, pantai ini dikenal dengan pusat makanan laut dan ikan bakar di malam hari (karena para penjual dan pedagang hanya beroperasi pada malam hari), serta disebut-sebut sebagai warung terpanjang di dunia (karena warung-warung tenda berjejer di sepanjang pantai yang panjangnya kurang lebih satu kilometer).
Salah satu penganan khas Makassar yang dijajak di warung-warung tenda itu adalah pisang epe (pisang mentah yang dibakar, kemudian dibuat pipih, dan dicampur dengan air gula merah. Paling enak dimakan saat masih hangat).
Saat ini warung-warung tenda yang menjajakan makanan laut tersebut telah dipindahkan pada sebuah tempat di depan rumah jabatan Walikota Makassar yang juga masih berada di sekitar Pantai Losari.
Pada sore hari, semua orang bisa menikmati proses atau detik-detik tenggelamnya matahari (sunset).


Saya pernah dan sering ke tempat-tempat di atas, tapi saya tidak pernah bosan dan ingin terus berkunjung. Kalian juga harus rasakan sensasinya!

Ya, itu saja mungkin beberapa tempat-tempat wisata yang bisa saya tulis, dari sekian banyak tempat wisata keren di Sulawesi Selatan, khususnya Makassar.
Namun, sayang sekali saya rasa adanya tempat-tempat wisata itu, jika pemerintah tidak mengoptimalkan perannya dalam mengundang turis-turis lokal atau pun mancanegara datang ke Sulawesi Selatan, dan merasakan betapa menyenangkannya berkunjung ke sini.

Ungu – Kota Daeng

Indah Makassar malam ini
Di iringi hembusan angin mamiri
Sejuk saat ini ku rasakan
Sambil menikmati indahnya pantai losari
Mari
Mari kita bernyanyi
Di atas anjungan yang ramai pengunjung
Sedih
Hilangkanlah rasa sedih di hati
Berikan senyum manis untuk kota Makassar
Makassar
Inilah tanah daeng
Tanah kelahiran para karaeng
Makassar
Kota angin mamiri
Panorama indah sejukkan jiwa ini
Makassar
Inilah tanah daeng
Tanah kelahiran para karaeng
Makassar
Kota angin mamiri
Panorama indah sejukkan jiwa ini


(sumber: google)
Selengkapnya»»