Aku tidak pernah merasakan sakit dan kehancuran seperti ini. Tidak pernah.
Sama, seperti aku tidak pernah merasa begitu mencintai sesuatu se-ambisius ini. Obsesi.
Dulu, aku pernah berobsesi memilikimu dan ketika memilikimu, aku berobsesi untuk tidak pernah kehilanganmu. Cinta. Mereka bilang begitu.
Aku tidak tahu. Intinya, aku nyaman di dekatmu. Selalu. Hingga malam itu.

Kita bertengkar hebat malam itu. Saling bertahan dengan ego masing-masing.
Aku tahu, suatu hari kita akan sadar dan menyesali pertengkaran bodoh ini. Tapi nanti. Bukan sekarang. Nanti, saat kita sudah cukup bahagia dan terikat oleh pasangan kita.
Maksudku, kamu dan pasanganmu, bukan aku. Karena aku belum tahu cara bahagia tanpamu.

Malam itu kita bertengkar dan berharap salah satu dari kita akan meminta maaf terlebih dahulu. Ya, kita berdua merasa begitu hingga tidak ada yg mengutarakan maaf duluan.
Hingga kita memutuskan berpisah.
Aku merasa begitu hancur setelah perpisahan itu. Perpisahan bodoh. Yang masih ku kutuk hingga saat ini.

Kamu pernah merasa begitu hancur sampai tidak mampu menggambarkan sakitnya? Ya, kamu hancur luar dan dalam. Pernah?
Intinya, merasa hancur. Hancur sekali.
Aku pernah, dulu hingga saat ini. Aku merasa hancur, terlalu hancur.
Kehancuran yang dimulai dari titik saat kamu berkata, "Seharusnya kita tidak pernah saling mengenal". Hancur sekali. Begitu menyakitkan.

Kamu bilang, suatu saat nanti aku pasti bisa bahagia tanpamu.
Masalahnya adalah semuanya tidak pernah semudah itu. Aku tidak bisa melupakanmu semudah dan secepat saat dulu aku jatuh cinta padamu. Tidak pernah secepat itu.
Bahkan ketika Tuhan mengutuk Malin Kundang menjadi batu, semua ada prosesnya. Iya, itu Tuhan.
Mudah tapi tidak begitu cepat. Tetap butuh proses. Dan aku? Aku manusia biasa.
Aku manusia biasa dan aku masih mencintaimu hingga malam ini, setelah semua kehancuran yang aku terima.



--------------------------------------------





Suatu malam, di sebuah warung kopi




Untuk mereka yang telah ditinggalkan namun belum rela melepaskan

Baca Juga Yang Ini Yah :


0 komentar:

Posting Komentar