Anak yang duduk di salah satu kursi sudut di salah satu kelas di lantai 3 sebuah tempat les, anak yang senantiasa memutar pulpen dengan jarinya atau terkadang menggigitnya sambil memperhatikan tentor mengajar di saat yang lain sedang sibuk dengan urusan masing-masing.
Saya ingin jadi anak itu.
Kenapa?
Karena saya yakin dia akan jadi 'cahaya' masa depan nantinya.
Juga anak yang menuruni tangga sambil bercakap-cakap dengan tentornya yang berambut panjang dan berkulit hitam manis tentang devisa negara, kuota import, atau politik damping dalam ekonomi.
Atau bisa juga jadi anak yang senantiasa ditanyai "Kenapa baru datang?" oleh tentor biologi yang sedang menjelaskan pentingnya vitamin D bagi tubuh manusia.
Tapi sangat buruk menjadi anak yang satu ini.
Anak yang berdiri di depan pintu tempat les setelah bel pulang berbunyi, dan naik mobil sedan hitam ber-plat kuning dengan tarif awal 5rb, anak yang tidak pernah sekalipun dijemput oleh kedua atau salah satu dari kedua orang tuanya.
Anak itu jelas berbeda dengan anak ber-tas biru yang dijemput ibunya menggunakan motor dan helm biru. Atau berbeda juga dengan anak yang di jemput ayahnya dengan jaket, helm, dan motor hitam.
Atau mungkin juga anak yang duduk di salah satu motor di parkiran menunggu kakaknya yang senantiasa menjemputnya, atau beda lagi dengan anak yang berkeliling mencari handphone dengan pulsa yang cukup untuk meminta ibunya menjemputnya.
Ya, kalian tahu?
Anak yang duduk di sudut, berjalan di samping tentor, ditanyai tentor, dan naik mobil sedan berwarna hitam ber-plat kuning itu saya.
Ya, saya. Kalian tidak salah baca.
Anak itu memang saya.
Saya mau jadi anak yang duduk di sudut, jalan di samping tentor, ditanyai tentor. Saya mau selamanya jadi anak itu.
Tapi tidak pernah mau jadi anak yang naik mobil sedan berwarna hitam ber-plat kuning di saat jalanan sudah lengang di hari yang sudah malam yang tidak pernah dijemput oleh orang tuanya.
Saya mau jadi anak ber-tas biru yang dijemput ibunya, atau anak yang di jemput ayahnya yang berpakaian serba hitam, atau anak yang menunggu kakaknya, atau mungkin juga jadi anak yang mencari handphone untuk menelpon ibunya.
Saya mau jadi mereka !
Dan kalian tahu?
Semua aktivitas itu berlangsung hampir tiap hari les.
Kalian tahu rasanya jadi saya?
Ah, tidak. Kalian tidak tahu.
Karena..
Pernah jadi saya?
5 komentar:
Gue suka ini... gaya dikau bercerita... Keep on posting! Semangat brow... :D
kunjungin balik yah...
http://glen-tripollo.blogspot.com/
Hehe :) thanks.
Senang kalau ada yang suka..
Berkunjung balik :)
Hmmm your write is improving dek. Lebih detail sekarang. Good job.
*jempol*
hmmm... sepertinya rumit :)
K'Erick: Belajar dari kakak, tentunya :)
Syam: Rumit? Jadi saya? Atau ceritanya yang rumit? :)
Posting Komentar