“Kalau kelak kita bertemu lagi. Dan aku bertanya, apakah kamu masih cinta. Apa jawabmu?” , tanyamu.
Pertanyaan yang sering kau lontarkan, padahal kau pun tahu jawabannya.
“Kalau ternyata nanti aku sudah tidak cinta lagi. Kamu hanya perlu tahu satu hal.” , kataku.
“Apa?” , tanyamu lagi.
“Aku tidak akan pernah lupa bahwa aku pernah cinta. Sekarang, coba dengar. Seberapa jauh pun langkah kaki membawamu pergi, kau tidak akan sangat jauh. Kau tahu kenapa?”
“Kenapa?”
“Karena tempatmu disini, hanya dihatiku” ,jawabku lirih.
Kita sama-sama terdiam. Duduk berdua di sebuah bukit yang indah, melihat pemandangan laut dari atas bukit. Mungkin untuk terakhir kalinya.
“Jika kelak aku kembali, aku tidak mau ada yang berubah, aku mau tetap seperti ini. Kamu mau berjanji?” , tanyamu.
“Tidak, aku tidak bisa berjanji akan terus seperti ini. Tapi aku bisa berjanji satu hal, ketika kamu kembali. Hanya ada 1 dariku yang tidak berubah..”
“Apa?”
“Cinta ini..”
Kamu hanya tersenyum. Lalu berlari menuruni bukit meninggalkanku.
“Aku pasti akan pulang” , teriakmu.
Aku juga percaya itu. Kamu pasti pulang. Suatu saat nanti, walau entah kapan.
Angin sepoi-sepoi meniupkan rambut ikalku. Dan aku masih duduk diam disini.
Tapi aku sadar akan satu hal.
Angin tidak pernah datang sendirian. Dia datang bersama kenangan, tentang sebuah nama yang tidak mungkin terlupakan.
Namamu..

Baca Juga Yang Ini Yah :


2 komentar:

Namarappuccino mengatakan...

Harus belajar cara menulis dialog dari dek Nurul nih. :)

Fiksiku jarang menggunakan dialog, karena aku memang belum mahir di dialog.

*salim*
*mau belajar*

Nunuu mengatakan...

Jiaahh..
hehe, makasih kak.. :)

*salim* *sama-sama belajar*

Posting Komentar